Kamis, 30 Agustus 2012

Meriam Kyai Swuhbrasta dan Kyai Segarawana


Setelah puas bermain-main bersama keluarga di depan kraton surakarta, kami bergerak menuju ke bagian agak dalam di pagelaran kraton. Beberapa meriam kuno disana segera menarik perhatian, dan tidak menyangka kalau akan bertemu dengan dua meriam legendaris : Kyahi Syuhbrasta (swoehbrasta) dan Kyai Segarawana yang diletakkan di kanan kiri gerbang kori mijil sepisan, tepat di selatan pagelaran. Selain itu ada beberapa meriam besi lainnya yang dipasang di pagar besi. Sayangnya, jam berkunjung sudah habis, sehingga tidak bisa memotret meriam-meriam besi lainnya dengan komplit. Kedua meriam ini dibuat dari bahan perunggu, jika melihat dari pola patinanya, mungkin kandungan tembaganya lebih banyak dibanding dengan timah putihnya. Lubang meriam ini berdiameter sekitar 20 cm atau bila pelurunya dibuat dari perunggu juga, berat peluru kira-kira 12 pound. Ukuran yang cukup besar untuk meriam pada masa itu.
Kualitas cor Belanda lebih baik, karena mereka mempunyai tanur yang cukup panas untuk memanaskan kowi (wadah logam cair) berukuran besar, selain itu sudah menggunakan roda dan rel ketika proses mengecor. Dengan kata lain, pengecoran dilakukan dengan sekali tuang



Ornamen Singa di moncong meriam



Ornamen ikan laut (?) di badan meriam, untuk ngangkut meriam



Logo VOC yang disusulkan kemudian sebelum diserahkan ke Mataram



Logo Kota Middelburg (ibukota provinsi Zeeland)



Conraet * Antonie * Me * Fecit * Hagae * 1599 (bahasa Latin)
(Tuan ?) * Antonio * Saya/Aku * Melaksanakan * Den Haag (Hague) * 1599



Inskripsi diatas memberi petunjuk bahwa sang pemrakarsa pembuatan meriam adalah Conraet Anthonisz Wilkes di Den Haag pada tahun 1599.
Coenraet Anthonisz pada tahun 1591-1616 menjabat sebagai kepala bagian pengecoran meriam Negara dan bertempat di Den Haag (Hague). Emblem kota Middelburg (ibukota provinsi Zeeland) mungkin menunjukkan bahwa meriam ini dicor di kota Middelburg. Pekerjaan pengecoran tentunya melibatkan salah satu keluarga pengecor logam di kota ini. Teknik dan resep pengecoran meriam menjadi rahasia keluarga pengecor dan ilmu ini tidak dengan mudah ditularkan kepada orang lain. Para pengecor ini membentuk semacam sindikat yang tidak mudah ditembus oleh orang lain. Jumlah produksi senjata meriam yang dihasilkan, tidak ada catatan yang tertinggal sampai dengan kini dan mereka tidak memproduksi barang-barang keperluan rumah tangga dari perunggu.
Sejarah para seniman pengecor logam ini juga menarik, salah seorang seniman pengecor yang terkenal di Deventer, bernama William Wege Allewaert (Senior) adalah salah seorang pendiri pengecoran lonceng di Deventer. Dia mempunyai saudara yang bernama Wolter Wege Allewaert (juga salah satu pendiri perusahaan pengecoran lonceng di Deventer) yang mempunyai anak William Wege Allewaert (Junior). Anak ini pada tahun 1615 menikahi putri Conraet Anthonisz. Sedangkan Conraet Anthonisz sendiri, menikah dengan keponakan William Wege Allewaert (Junior), putri sulung William Wege Allewaert (Senior).
William Wege Allewaert (Junior) kelak akan mengikuti jejak Conraet Anthonisz sebagai kepala pengecoran meriam di Den Haag. Dia pula yang kelak akan mengecor meriam-meriam Delft (ditandai dengan logo kota delft, antara lain meriam kyai nakulo dan kyai sadewo). Conraet Anthonisz meninggal pada tahun 1637 dan tidak lama kemudian disusul oleh anak-anak Conraet Anthonisz dan anak-anak Wolter.
Cinta perkawinan sedarah, tetapi masih sangat dirahasiakan dalam hal apapun dalam batas-batas keluarga.


Adriaen Ten Haeff Als Commisaris (bahasa Belanda)
Adriaen Tenhaeff Sebagai Komisaris


Inskripsi ini memberi petunjuk, mungkin ketika meriam ini diserahkan ke Raja Mataram, Komisaris perdagangan pada masa itu adalah Adriaen Tenhaeff. Dari tulisan yang ada, menunjukkan bahwa tulisan ini tampaknya ditatah setelah meriam ini selesai dibuat, dan tidak dilakukan oleh seorang yang ahli menyungging, karena gaya tulisan yang ada sangat sederhana. Menurut De Graaf, pada tahun 1615, kedua meriam ini diserahkan oleh kepala perdagangan VOC di banten yang bernama Andries Soury yang dibantu oleh kepala loji Jepara yang baru, Steven Doenssen. Masih menyisakan pertanyaan, apakah Andries Soury sama dengan Adriaen Tenhaeff ?

Penyerahan meriam-meriam itu dilakukan untuk diplomasi dengan Raja Mataram agar VOC dapat membangun loji di Jepara. Dijanjikan oleh penguasa Jepara, bahwa batu bata akan dipasok secara cuma-cuma asal VOC mau menyerahkan empat buah meriam. Sebuah meriam telah diberikan sebagai angsuran pertama dan akan dipersembahkan kepada Raja, tetapi penguasa Jepara meminta dua meriam agar batu bata bisa diserahkan secara cuma-cuma. Akhirnya disetujui akan diserahkan dua meriam berikut dengan perlengkapannya (Jonge, Opkomst, jil. IV, hal. 31).

Jan Pieterszoon Coen sangat mencela pemberian dua meriam “yang terbaik di seluruh Hinda dan belum pernah meriam yang demikian diberikan kepada penguasa manapun” (Coen, Bescheiden, jil. II, hal. 98, 168, 200). Coen bertambah marah, karena Mataram meminta lagi dua meriam yang sama. Akhirnya diputuskan untuk mendaratkan dua meriam pertama di Lasem, karena setelah Lasem ditaklukkan Mataram, terdapat orang bersenjata dalam jumlah yang cukup untuk menjaga keamanan dua meriam itu.

Pengepungan Batavia (1629) Sumber : www.wikipedia.org


Kedua meriam indah itu diberi nama Kyai Syuhbrasta dan Kyai Segarawana oleh Raja Mataram. Pada tahun 1629, kedua meriam ini digunakan untuk menyerang Batavia. JP Coen dengan sangat marah dan berujar : “inilah hasil dan tanda terima kasih yang dapat diharapkan dari pemberian hadiah yang demikian itu kepada para pangeran muslim” (Jonge, Opkomst, jil. IV, hal. 157). Lepas dari itu, kedua meriam ini masih tetap menjadi dua meriam terindah yang ada di kerajaan-kerajaan nusantara. Tetapi akhirnya kedua meriam itu bisa selamat kembali ke kraton kerta setelah penyerbuan ke Batavia yang gagal itu.

Peristirahatan meriam-meriam di Kori Mijil Sepisan


Sampai disini dulu acara blusukan ke kraton surakarta, akan segera dilanjut blusukan di museum radyapustaka INGAT, MERIEM MARAI RA ISO MINGKEM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar