Kamis, 30 Agustus 2012

The Great Warrior From Japara (Jung Mara)

Monday, August 15, 2011 at 8:57pm
Kota Jepara, kota yang terkenal karena kerajinan ukirnya yang mempunyai ciri khas sangat jauh berbeda dengan ragam ukiran pedalaman mataraman. Ukirannya menceritakan cita rasa masyarakat yang lebih metropolis dan dinamis pada jaman itu. Sebenarnya blusukan Bol Brutu kali ini adalah mengunjungi seorang makam seorang Ksatria hebat dari Jepara, RATU KALINYAMAT, dimana dalam buku-buku sejarah pelajaran sekolah, tokoh hebat ini kurang banyak dikupas. Sebaliknya, Sultan Agung yang hanya dua kali menyerbu batavia melalui jalan darat diceritakan dengan bertubi-tubi. Bila dibandingkan, Ratu Kalinyamat menyerbu portugis di selat malaka sebanyak TIGA kali !! Dan tentu memerlukan biaya yang lebih besar, mengingat medan pertempurannya sangat tidak dikuasai orang pedalaman : LAUT !!. Dan medan pertempuran kedua adalah daratan singapura ....
Makam Ratu Kalinyamat ada di kota Mantingan dengan arsitektural masjid yang dihiasi ukiran yang luar biasa dan menunjukkan kemuliaan beliau yang perkasa. Diam-diam aku sangat mengidolakan tokoh ini, dalam kenyataannya, pejuang wanita jauh lebih tangguh daripada pejuang pria.
Perjalanannya cukup mudah, dari arah selatan menuju jepara, ketika menemui bundaran Ngabul, ambil arah jalan cabang ke kiri (Jalan Sunan Hadirin). Teruuuuusss saja sampai nanti menemui komplek makam besar di tanah tinggi tepat di kanan jalan anda.

Gerbang masuk makam Sunan Hadirin dan Ratu Kalinyamat


Arsitektural Masjid Mantingan dan Makam Mantingan sangat khas pesisiran, yaitu menggunakan batu bata dan kualitas batubata di wilayah pesisiran memang lebih baik daripada dari daerah pedalaman. Gerbang masuk juga berbentuk gerbang padureksan atau bentuk meru

Gerbang masuk berbentuk Meru


Komplek makam ini bagian dalamnya sudah diperbaharui dengan citarasa era kolonial dengan bantuk tiang yang khas. Tidak ada keterangan, kapan makam ini dipugar pada masa kolonial itu dan siapa pemugarnya.

Serambi makam yang bercita-rasa arsitektur era kolonial


Hal yang sangat menarik ketika memasuki makam ini adalah : HIASAN DINDINGNYA ! yang terbuat dari bahan yang kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan dengan yang ada di masjid al-manaar kudus dan kualitas tatahan yang prima. nah, ini beberapa contoh hiasan yang ditempel di makam sunan hadirin dan istrinya, Ratu Kalinyamat :

Hiasan dinding dengan ukiran sulur model majapahit


Nylempit !!


Pintu masuk cungkup makam Ratu Kalinyamat & Suaminya


Setelah selesai berdoa untuk beliau yang kukagumi, perjalanan dilanjutkan mengunjungi masjid mantingan yang terletak satu komplek dengan pemakaman ini. Oya, sebelum meninggalkan pemakaman, ada satu relik dari jaman hindu/budha yang disimpan di situs ini, yaitu sebuah Jaladwara yang disemen tepat di depan gerbang pintu masuk makam.

Sebuah Jaladwara Kuno

Masjid Mantingan ini tidak kalah dahsyat, hal yang sangat menyita mata adalah hiasannya yang luar biasa itu. Hiasan ini ditempelkan di tembok masjid merata di depan masjid. Nah, inilah foto-fotonya :

Serambi Masjid


Across The Time ....


Ok, itu sekedar pengantar dari pandangan jarak jauh, sekarang langkahkan kaki mendekat dan ....

Ragam ukiran taman sari, sering diterapkan pula pada hiasan kinatah mas keris ataupun pendok keris


Gambar seekor gajah yang tersamar ada di tengah hiasan ini


Pola Ragam hias geometris


Selesai menikmati karya maestro tempo doeloe yang dahsyat itu, kakiku melangkah masuk ke dalam masjid mantingan. Suasana sepi sekali, tidak ada seorangpun yang ada di dalam masjid .... Suasana di bagian dalam memang berbeda bila dibandingkan dengan masjid kudus, lebih sempit tetapi sisa-sisa kemewahannya masih terasa

Bagian dalam masjid yang terasa dingin walaupun diluar sangat panas


Ada satu hal yang menarik dari ukiran2 tempel ini, yaitu sebuah hiasan diatas mihrab masjid yang bertuliskan aksara jawa. Sayangnya bentuknya kurang jelas, so, jadi kufoto saja dan nanti dibaca dengan lebih tenang bersama-sama

Prasasti teracotta diatas mihrab masjid


Pertama kali Jepara turut menyerbu ke malaka pada tahun 1512-1513, tetapi serangan itu gagal dan menyebabkan Armada perang demak di Jepara nyaris hancur. Serangan kedua dilakukan tahun 1550 yang kali ini menyambut ajakan raja Johor menyerbu Malaka. Serangan kedua ini Jepara lebih bersikap mandiri, karena Demak pada waktu itu dikatakan sudah berkurang kekuatannya. Jumlah armada Jepara yang berangkat mencapai 40 buah kapal perang dan membawa 4000-5000 prajurit bersenjata. Dalam serangan besar itu, salah seorang pembesar Jawa gugur, dan ”espada e hum cris Guarnacido de ouro” (pedang dan kerisnya berhiaskan emas) jatuh ketangan kaum Kristen. Ketika pasukan Jawa melihat pemimpinnya gugur, mereka lari ke pantai dan berusaha naik kapal cepat-cepat, sehingga pertempuran dilanjutkan di darat dan di air. Dua ribu orang Jawa gugur dan seluruh perbekalan mereka hilang: ”artilleria, muniçoes, mantimentos e mais cosas”  (meriam, senapan, mesiu, bahan makanan dan lain sebagainya).

Pada tahun 1573 ia sekali lagi diajak melakukan ekspedisi dan menyerang Malaka. Kali ini oleh ”Achim tyranno, insolete e poderoso” (tiran dari Aceh yang kurang ajar dan kuat). Sekalipun ratu Jepara sangat bersemangat untuk berjuang melawan orang Portugis, armadanya tidak muncul pada waktunya. Keterlambatan ini tidak sengaja sangat menguntungkan orang Portugis. Andai kata orang Melayu dan orang Jawa menyerang bersama-sama, Malaka tidak dapat dielakkan dari kehancuran (Couto, Da Asia, IX, xvii).

Armada dari Jepara baru muncul di Malaka pada bulan Oktober 1574 (Couto, Da Asia, IX, xix). Kali ini armada itu berjumlah 300 kapal layar, 80 kapal di antaranya berukuran besar, masing-masing berbobot 400 ton. Awak kapal terdiri atas 15.000 orang Jawa pilihan, dan juga terdapat banyak sekali perbekalan, meriam dan mesiu.
Pemimpinnya, ”Regedor principal de seu Reyno” (pimpinan pemerintahan tertinggi kerajaan) disebutnya ”Quilidamâo”, mungkin salah ejaan untuk Kiai Demang (Laksamana ?). Armada itu memulai serangan dengan salvo tembakan yang seolah-olah hendak membelah bumi. Keesokan harinya jenderal Jawa mendaratkan pasukannya dan menyuruh menggali parit-parit pertahanan. Suatu serangan yang dilakukan kaum Portugis sangat mengecilkan hati pasukan Jawa. Ketika pihak Jawa melakukan serangan dengan armadanya, 30 kapal besarnya malahan terbakar. Mereka selanjutnya membatasi diri dengan blokade laut dan mendirikan rintangan-rintangan tinggi di daerah perairan. Pihak Portugis baru berhasil menembus rintangan ini setelah melakukan serangan berkali-kali. Setelah itu pasukan Jawa bersedia mengadakan perundingan, tetapi yang melakukannya bukanlah jenderal mereka melainkan seorang rohaniawan yang disebut ”dato” (datu ?). tuntutan orang Portugis dianggap terlalu berat dan ditolak. Tetapi perundingan berlangsung terus. Setelah orang Portugis dapat merampas enam kapal Jawa yang penuh dengan bahan makanan kiriman dari Jepara, pasukan Jawa, yang semula merupakan pihak pengepung, secara berangsur-angsur menjadi pihak yang dikepung. Mereka terpaksa segera melakukan gerakan mundur, sehingga memberi kesempatan kepada orang Portugis untuk menyerang, dan menimbulkan kerugian lebih berat di pihak pasukan Jawa. Dalam pada itu, kekhawatiran akan kembalinya orang Aceh yang tidak begitu disukai oleh orang Jawa itu merupakan faktor penting. Di sekitar Malaka saja dapat ditemukan 7.000 makan orang Jawa; tetapi kekalahan seluruhnya diperkirakan sebesar 2/3 dari kekuatan yang berangkat dari Jepara. Pengepungan atas pasukan Portugis berlangsung tiga bulan (Da Asia, Couto).

Komplek makam ini diselesaikan pembangunannya setelah sang pembunuh suami ratu kalinyamat, Arya Penangsang berhasil dimusnahkan oleh pasukan dari pajang. Sebuah bukti tanda cinta beliau kepada sang suami, sayangnya, beliau sampai akhir hayatnya tidak dikaruniai seorang putera pun. Sehingga pengganti tahtanya adalah Pangeran Jepara, putra Hasanuddin dari Banten. Beliau Meninggal dunia sekitar tahun 1574-1580.

Marai Ngileeeerrrr


Kerajaan Jepara berakhir setelah mengalami serangan berat berkali-kali dari Mataram, dan akhirnya jatuh pada tahun 1599 (Tiga gelombang serangan besar). Dengan demikian, berakhirlah kisah kerajaan Jepara yang hebat itu.

Ok, Sampai jumpa lagi di perjalanan berikut ..... ingat : BLUSUKAN SEHAT UNTUK KEJIWAAN ANDA !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar