Selasa, 22 April 2014

PENSIL 2B (TO BE)

Dua Belas tahun meringkuk menghadap meja-meja beku.
Tekun dan rajin belajar ilmu yang tak kutahu gunanya.
hari-hari siang berisi menghitung dan menghapal.
semuanya dinilai dengan angka-angka yang tak kutahu darimana juntrungnya.
semakin hapal dan cepat menghitung, kau semakin hebat.
ah, tololnya ! bangga menjadi mesin hitung dan mesin menghapal ?.
hitung, hapal, hitung, hapal, hitung, hapal .... supaya pintar ?.

Perjalanan absurd dalam detak mekanik itu ditentukan dalam dua hari.
pertarungan dua hari dengan membuat bundaran-bundaran hitam pensil 2B.
harus hitam legam ! kalau tidak kau tidak masuk kasta lolos 2B !.
tidak boleh kurang tidak boleh lebih, hitam legam bundar sempurna !.
otakku menjadi kalkulator dan pencatat ingatan tak perlu.
nasibku ditangan pensil 2B, pensil menjadi.

dua hari dalam dua B, dua hari untuk menjadi.
kebenaran mutlak versi pembuat soal tidak dapat ditawar.
engkau berbeda, maka engkau salah, skormu berkurang satu.
engkau sama, maka engkau benar, skormu bertambah empat.
engkau tidak tahu, maka hitunglah kancing bajumu.
sejak kapan kebenaran jadi deretan angka angkuh yang seolah menentukan hidupmu ?
padahal jawabmu hanya berupa lingkaran hitam legam ?.
sama legamnya dengan masa depan yang tak tentu itu.
masa depan yang kau tulis dengan pensil 2B, pensil menjadi.

hari kedua ini dari dua hari pensil dua B, adalah pertunjukan komedi,
karena begitu tololnya aku menghamba kepada bundar hitam.
bundar-bundar hitam yang akan masuk pengadilan mesin scanner.
mesin scanner yang menentukan aku akan menjadi apa.

Tolol !

(Rabu, 22 Juni 1994, Gedung Sastra UGM, dalam sebuah pertunjukan komedi UMPTN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar