Seperti yang direncanakan semula, nanti hari sabtu harus
blusukan ke wilayah kayen dan sekitarnya. Hanya berbekal informasi dari hasil
browsing dan tekad
sregep takon,
berangkatlah kami bersama honda grand butut '92 menuju jalan raya pati.
Sebenarnya sudah terlalu siang untuk berangkat, karena tidak mampu
menghindari ritual hari libur :
Tangi kawanen, jadi tepat keluar dari rumah jam 10.00 WIB, setelah mandi dan sikat gigi seperlunya.
Jalan
yang ditempuh lumayan jauh dari kudus. Berangkat dari kota kudus
menyusuri jalan raya pati-kudus sampai ke pertigaan Bulung (pertigaan
ini terletak tepat ditengah-tengah antara kudus dan pati). Dari
pertigaan Bulung bergerak menuju selatan ke arah desa kayen yang
letaknya berdekatan dengan gunung kendeng (Desa Kayen terletak di utara
barisan bukit kendeng di wilayah pati).
Setelah 3 kali
kebablasen
dan 5 kali berwawancanda untuk menggali informasi dari warga yang
ditemui di jalan, tibalah sang honda grand '92 bersama tuannya di mulut
desa Miyono yang terletak di pasar baru kayen. Jalan yang ditempuh pun
tak kalah asyiknya, cocok untuk simulasi berperahu di tengah ombak badai
alias jalan bergelombang serta berlubang-lubang. So, yang sakit gigi
atau barusan sunat disarankan untuk tidak mengunjungi lokasi ini.
 |
Jalan masuk menuju dusun Miyono yang belum beraspal |
Satu-satunya petunjuk jalan menuju lokasi yang dicari hanya ini :
 |
Papan yang tampak hanya bila kecepatan dibawah 30 km/jam, lebih dari itu dijamin kelewatan |
Dan yang mengasyikkan, ternyata jalan menuju lokasi sangatlah
menthit
atau jauh dari pemukiman. Sepanjang dua kilometer track simulasi
gelombang lautan, tidak ditemui orang seekorpun. Jadi, kondisi kendaraan
(terutama ban) memang harus prima, jika bocor, cukup
mrongos menuntut kendaraan ditengah padang yang panas itu.
Nah,
akhirnya, lokasi yang dicari berhasil ditemukan. Tidak seperti yang
dibayangkan semula, ternyata di lokasi itu terdapat pula situs Makam Ki
Ageng Darmoyono, yang dipercaya sebagai leluhur desa Miyono. Makam
beliau diapit oleh dua pohon Jati Raksasa, sehingga lokasi ini juga
dinamakan Makam Jati Kembar
 |
Jreeeenngg ... Makam unik ditengah padang sawah dan rimbun hutan jati |
Hal
yang menarik dari bangunan makam ini, bahan baku pembangunan makam
sebagian menggunakan batu candi Miyono yang ditemukan pada bulan agustus
2010.
 |
Makam Ki Ageng Darmoyono |
 |
Struktur lantai makam yang dibangun dengan bata candi Miyono |
 |
Sisa Artefik dan Bagian Kemuncak Candi |
Tidak
diketahui dengan jelas, siapakah sebenarnya Ki Ageng Darmoyono itu.
Orang-orang sekitar hanya meyakini bahwa beliau ini salah satu pengikut
Syeh Jangkung yang terkenal karena perselisihannya dengan Sunan Kudus.
Tapi ada pula yang mengatakan kalau Ki Ageng Darmoyono jauh lebih tua
dibandingkan dengan Syeh Jangkung. Entahlah mana yang benar ... ah, yang
penting adalah blusukan !.
Ok, kita lanjut lagi .... hanya
sekitar 30 meter arah barat makam ini, terletaklah mushalla Ki Ageng
Darmoyono. Mushalla ini tepat bersisian dengan situs Candi Miyono yang
diburu di hari itu ....
 |
Mushalla Ki Ageng Darmoyono, Situs Candi tepat di sampingnya |
Berikut parade foto-foto di lokasi :
 |
Pak Alias (Pak Sukahar) menunjukkan struktur candi yang masih terkubur |
 |
Ukuran batu bata yang cukup besar panjang sekitar 40 cm lebar 30 cm |
 |
Test pit yang terletak di sebelah barat mushalla |
 |
Test pit di sebelah timur Mushalla |
Melihat
keletakan situs, diperkirakan luas candi ini adalah 30 meter x 40
meter, dan masih banyak batu bata berukuran besar yang masih terpendan
di tanah sawah di sekitar situs. Menurut pak Sukahar, setelah bulan
puasa, penggalian situs ini akan diperluas lagi sampai tampak seluruh
struktur candi yang masih terpendam ini.
 |
Beberapa bata yang diangkat ke permukaan, dikumpulkan di sebelah selatan mushalla |
 |
Perbandingan batu bata dengan orang |
Menurut informasi dari hasil
browsing,
candi yang baru ditemukan ini bercorak agama hindu dengan ditemukannya
arca mahakala. Arca ini menurut informasi tersimpan di rumah bapak
Soewadi yang dipercaya untuk merawat benda-benda temuan itu. Arca
Mahakala ini pernah disimpan di Kantor Kabupaten, tetapi karena tidak
dirawat, patung tadi diminta kembali oleh warga dan disimpan di rumah
bapak Soewardi. Sayangnya, sewaktu mampir kesana, bapak soewardi sedang
tidak di rumah.
Kemudian, motor bergerak menuju rumah bapak
Soekardi, selaku juru kunci makam Ki Ageng Darmoyono. Beliau banyak
bercerita mengenai lokasi itu, dan diceritakan pula bahwa sejak jaman
jepang sampai dengan sekarang, masih sering ditemukan
peralatan-peralatan perunggu baik yang masih utuh maupun yang sudah
rusak. Tetapi yang paling sering ditemukan adalah jenis mata uang kepeng
cina. Orang-orang setempat menamakannya "Yatra Kenthang".
 |
Pak Juru Kunci : Bapak Soekardi, berusia lebih dari 80 tahun |
 |
Mata
Uang "Yatra Kenthang", masih dipergunakan pada masa pra pendudukan
jepang sebagai mata uang. Sering ditemukan di sekitar kampung |
Setelah
bercengkerama dengan pak soekardi, perjalanan dilanjutkan menuju ke
kudus. Dengan harapan supaya sampai di kudus bertepatan
dengan buka puasa ..... uh, leher terasa tercekik, serasa perjalanan
melintasi Sahara ..... Sampai jumpa di perjalanan berikut. NYANDI
BUKANLAH CANDU, TAPI MEMBUAT KETAGIHAN AKUT !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar