Kamis, 30 Agustus 2012

nDolani Ki Ageng Darmoyono ing Candi Miyono


Seperti yang direncanakan semula, nanti hari sabtu harus blusukan ke wilayah kayen dan sekitarnya. Hanya berbekal informasi dari hasil browsing  dan tekad sregep takon, berangkatlah kami bersama honda grand butut '92 menuju jalan raya pati. Sebenarnya sudah terlalu siang untuk berangkat, karena tidak mampu menghindari ritual hari libur : Tangi kawanen, jadi tepat keluar dari rumah jam 10.00 WIB, setelah mandi dan sikat gigi seperlunya.
Jalan yang ditempuh lumayan jauh dari kudus. Berangkat dari kota kudus menyusuri jalan raya pati-kudus sampai ke pertigaan Bulung (pertigaan ini terletak tepat ditengah-tengah antara kudus dan pati). Dari pertigaan Bulung bergerak menuju selatan ke arah desa kayen yang letaknya berdekatan dengan gunung kendeng (Desa Kayen terletak di utara barisan bukit kendeng di wilayah pati).
Setelah 3 kali kebablasen  dan 5 kali berwawancanda untuk menggali informasi dari warga yang ditemui di jalan, tibalah sang honda grand '92 bersama tuannya di mulut desa Miyono yang terletak di pasar baru kayen. Jalan yang ditempuh pun tak kalah asyiknya, cocok untuk simulasi berperahu di tengah ombak badai alias jalan bergelombang serta berlubang-lubang. So, yang sakit gigi atau barusan sunat disarankan untuk tidak mengunjungi lokasi ini.

Jalan masuk menuju dusun Miyono yang belum beraspal


 Satu-satunya petunjuk jalan menuju lokasi yang dicari hanya ini :

Papan yang tampak hanya bila kecepatan dibawah 30 km/jam, lebih dari itu dijamin kelewatan


Dan yang mengasyikkan, ternyata jalan menuju lokasi sangatlah menthit atau jauh dari pemukiman. Sepanjang dua kilometer track simulasi gelombang lautan, tidak ditemui orang seekorpun. Jadi, kondisi kendaraan (terutama ban) memang harus prima, jika bocor, cukup mrongos  menuntut kendaraan ditengah padang yang panas itu.
Nah, akhirnya, lokasi yang dicari berhasil ditemukan. Tidak seperti yang dibayangkan semula, ternyata di lokasi itu terdapat pula situs Makam Ki Ageng Darmoyono, yang dipercaya sebagai leluhur desa Miyono. Makam beliau diapit oleh dua pohon Jati Raksasa, sehingga lokasi ini juga dinamakan Makam Jati Kembar

Jreeeenngg ... Makam unik ditengah padang sawah dan rimbun hutan jati


Hal yang menarik dari bangunan makam ini, bahan baku pembangunan makam sebagian menggunakan batu candi Miyono yang ditemukan pada bulan agustus 2010.

Makam Ki Ageng Darmoyono


Struktur lantai makam yang dibangun dengan bata candi Miyono


Sisa Artefik dan Bagian Kemuncak Candi


Tidak diketahui dengan jelas, siapakah sebenarnya Ki Ageng Darmoyono itu. Orang-orang sekitar hanya meyakini bahwa beliau ini salah satu pengikut Syeh Jangkung yang terkenal karena perselisihannya dengan Sunan Kudus. Tapi ada pula yang mengatakan kalau Ki Ageng Darmoyono jauh lebih tua dibandingkan dengan Syeh Jangkung. Entahlah mana yang benar ... ah, yang penting adalah blusukan !.
Ok, kita lanjut lagi .... hanya sekitar 30 meter arah barat makam ini, terletaklah mushalla Ki Ageng Darmoyono. Mushalla ini tepat bersisian dengan situs Candi Miyono yang diburu di hari itu ....

Mushalla Ki Ageng Darmoyono, Situs Candi tepat di sampingnya


Berikut parade foto-foto di lokasi :

Pak Alias (Pak Sukahar) menunjukkan struktur candi yang masih terkubur


Ukuran batu bata yang cukup besar panjang sekitar 40 cm lebar 30 cm


Test pit yang terletak di sebelah barat mushalla


Test pit di sebelah timur Mushalla


Melihat keletakan situs, diperkirakan luas candi ini adalah 30 meter x 40 meter, dan masih banyak batu bata berukuran besar yang masih terpendan di tanah sawah di sekitar situs. Menurut pak Sukahar, setelah bulan puasa, penggalian situs ini akan diperluas lagi sampai tampak seluruh struktur candi yang masih terpendam ini.

Beberapa bata yang diangkat ke permukaan, dikumpulkan di sebelah selatan mushalla


Perbandingan batu bata dengan orang


Menurut informasi dari hasil browsing, candi yang baru ditemukan ini bercorak agama hindu dengan ditemukannya arca mahakala. Arca ini menurut informasi tersimpan di rumah bapak Soewadi yang dipercaya untuk merawat benda-benda temuan itu. Arca Mahakala ini pernah disimpan di Kantor Kabupaten, tetapi karena tidak dirawat, patung tadi diminta kembali oleh warga dan disimpan di rumah bapak Soewardi. Sayangnya, sewaktu mampir kesana, bapak soewardi sedang tidak di rumah.
Kemudian, motor bergerak menuju rumah bapak Soekardi, selaku juru kunci makam Ki Ageng Darmoyono. Beliau banyak bercerita mengenai lokasi itu, dan diceritakan pula bahwa sejak jaman jepang sampai dengan sekarang, masih sering ditemukan peralatan-peralatan perunggu baik yang masih utuh maupun yang sudah rusak. Tetapi yang paling sering ditemukan adalah jenis mata uang kepeng cina. Orang-orang setempat menamakannya "Yatra Kenthang".


Pak Juru Kunci : Bapak Soekardi, berusia lebih dari 80 tahun


Mata Uang "Yatra Kenthang", masih dipergunakan pada masa pra pendudukan jepang sebagai mata uang. Sering ditemukan di sekitar kampung


Setelah bercengkerama dengan pak soekardi, perjalanan dilanjutkan menuju ke kudus. Dengan harapan supaya sampai di kudus bertepatan dengan buka puasa ..... uh, leher terasa tercekik, serasa perjalanan melintasi Sahara ..... Sampai jumpa di perjalanan berikut. NYANDI BUKANLAH CANDU, TAPI MEMBUAT KETAGIHAN AKUT !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar